Senin, 24 Desember 2012

METODE MARSHALL UNTUK PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL



Di Indonesia, campuran beraspal panas untuk perkerasan lentur di rancang menggunakan   metode  Marshall. Pada    perencanaan   Marshall  tersebut menetapkan untuk kondisi lalulintas berat pemadatan benda uji sebanyak 2x75 tumbukan  dengan  batas  rongga  campuran  antara  3,5-5,5%.  Hasil  pengujian pengendalian   mutu   menunjukkan   bahwa   kesesuaian   parameter   kontrol   di lapangan   seringkali    tidak   terpenuhi   untuk   mencapai   persyaratan   dalam spesifikasi. Selain itu rongga  dalam campuran setelah dilalui lalu lintas dalam beberapa  tahun  mencapai  kurang   dari  1%  yang  memungkinkan  terjadinya perubahan  bentuk  plastis.  Kondisi  ini  sulit  untuk  menjamin  campuran  yang tahan terhadap  kerusakan  berbentuk  alur plastis,  sehingga  kinerja  perkerasan jalan tidak tercapai.


Metode Marshall konvensional yang mengunakan 2x75 tumbukan belum cukup  untuk menjamin kinerja campuran beraspal yang digunakan untuk lalu lintas berat dan padat dengan suhu tinggi. Keterbatasan metode Marshall adalah ketergantungannya   terhadap  kepadatan  yang  baik  setelah  dilalui  kendaraan untuk mencapai rongga  udara  yang disyaratkan. Oleh karena itu untuk kondisi seperti tersebut  di atas maka  metode Marshall dengan 2 x 75 tumbukan sudah tidak sesuai lagi.


Pada  dasarnya  metode  Marshall  masih  dapat  digunakan  sebagai  dasar untuk  perencanaan secara volumetrik.  Tetapi untuk menambah kesempurnaan dalam prosedur  perencanaan campuran maka di tentukan pengujian tambahan, yaitu:  pemadatan  ultimit  pada  benda  uji  sampai  mencapai  kepadatan  mutlak (refusal  density). Sedangkan   untuk    mengendalikan     kepadatan   maka diperkenalkan kriteria kadar rongga minimum dan maksimum dalam persyaratan campuran, terutama  untuk  campuran  beraspal panas sebagai lapis  permukaan jalan. Rongga dalam campuran dirancang dapat dicapai tidak kurang dari 3,5% untuk lalu lintas berat.  Pemadatan contoh uji harus dilakukan dengan jumlah tumbukan yang berlebih  sebagai  simulasi  adanya pemadatan  oleh  lalu  lintas, sampai  benda  uji  tidak  bertambah  padat   lagi.  Kepadatan  yang  mutlak  ini berguna untuk menjamin bahwa dengan pendekatan adanya pemadatan oleh lalu lintas  setelah  beberapa  tahun  umur  rencana,  lapis   permukaan  tidak  akan mengalami perubahan bentuk plastis (plastic deformation). Bila  pengujian ini diterapkan maka kinerja perkerasan jalan beraspal yang dicampur secara  panas akan meningkat.


Sejak tahun 1995 Bina Marga telah menyempurnakan konsep spesifikasi campuran   beraspal   panas   bersama-sama   dengan   Puslitbang   Jalan.   Dalam Spesifikasi baru  diperkenalkan  perencanaan  campuran  beraspal  panas  dengan pendekatan  kepadatan  mutlak.  Kepadatan  mutlak  adalah  massa  per  satuan volume termasuk rongga contoh uji yang dipadatkan sampai mencapai tertinggi (maksimum)   yang   dicapai  sehingga  campuran  tersebut  praktis  tidak  dapat menjadi  lebih  padat  lagi.  Hal tersebut  sesuai dengan  metode pengujian  yang ditentukan  dalam  dalam   “Pedoman  Perencanaan  Campuran  Beraspal  Panas Dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak”(Depkimbangwil 1999).


Pada tahun 1999, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Telah mengeluarkan SK.No.76/KPTS/Db/1999 tentang Pedoman Teknik yang berjudul "Pedoman    Perencanaan   Campuran      Beraspal       Panas       Dengan    Pendekatan Kepadatan  Mutlak"  yang  kemudian  diikuti  dengan  dikeluarkannya  Spesifikasi Baru  Beton  Aspal   Campuran  Panas  pada  tahun  2001.  Semua  Campuran

dirancang dalam spesifikasi tersebut untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang   berkenaan  dengan  kadar  aspal  yang  cocok,  rongga  udara,  stabilitas, kelenturan dan  keawetan ketebalan terpenuhi. Beberapa Jenis Campuran Aspal dalam spesifikasi tersebut adalah sebagai berikut:


a.   Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B

Campuran-campuran  ini  ditujukan  untuk  jalan  dengan  lalu  lintas  ringan, khususnya  pada  daerah  di  mana  agregat  kasar  sulit  diperoleh.  Pemilihan kelas  A  atau  B  terutama  tergantung  pada  gradasi  pasir  yang  digunakan. Campuran latasir  biasanya  memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. Campuran ini mempunyai ketahanan yang rendah terhadap alur  (rutting),  oleh sebab itu tidak boleh digunakan dengan  lapisan  yang  tebal,  pada  jalan  dengan  lalu  lintas  berat  dan  pada daerah tanjakan.


b.   Lataston (HRS)

Lataston  (Hot Roller  Sheet) mempunyai persyaratan kekakuan yang sama dengan  tipikal yang disyaratkan untuk aspal beton konvensional (AC) yang bergradasi  menerus.  Lataston  terdiri  dari  dua  macam  campuran,  yaitu  : Lataston Lapis  Pondasi (HRS-Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS- Wearing Course) dan  ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm.


c.   Laston (AC)

Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal maupun variasi  gradasi agregat daripada Lataston (HRS). Aspal Beton (AC) terdiri dari tiga  macam  campuran, yaitu : Laston  Lapis Aus 2 (AC-WC), Laston Lapis  Aus  1  (AC-BC)  dan  Laston  Lapis  Pondasi  (AC-Base)  dan  ukuran maksimum agregat  masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm dan
37,5 mm.

Dalam upaya meningkatkan kekuatan struktur perkerasan jalan di samping perlu  adanya  penggunaan  campuran  beraspal  panas  dengan  spesifikasi  baru, pemilihan jenis  material  yang digunakan adalah sangat penting.  Selain aspal,
agregat  kasar  dan  agregat  halus,  filler  adalah  salah  satu  komponen  dalam campuran  yang  mempunyai  peranan  besar.  Prosentase  yang  kecil  pada  filler terhadap  campuran bukan berarti tidak mempunyai efek yang besar pada sifat- sifat Marshall yang juga merupakan kinerja campuran terhadap beban lalulintas.


Bahan   pengisi   pada   campuran   yang   sering   digunakan   pada   proses pembuatan  aspal  di  AMP  (Asphalt  Mixing  Plant)  adalah  abu  batu.  Semen portland  adalah salah satu   material yang digunakan untuk berbagai konstruksi bangunan  memberikan peluang alternatif sebagai material penyusun campuran aspal.  Material  tersebut  adalah  bahan  non  plastis  yang  telah  disetujui  oleh Departemen Permukiman  dan Prasarana Wilayah sebagai filler pada campuran beraspal panas. Ada kemungkinan persyaratan spesifikasi pada material tersebut dapat  terpenuhi.  Selain  itu  keberadaan  semen  portland  banyak  dijumpai  di banyak  tempat  penjualan  material,  sehingga  mudah  untuk  mendapatkannya dibandingkan material yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar