AC-WC (ASPHALT CONCRETE – WEARING COURSE)
Beton
aspal
adalah jenis
perkerasan jalan
yang terdiri
dari campuran agregat dan aspal,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material
pembentuk beton aspal dicampur
di instalasi
pencampur
pada
suhu
tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan dan dipadatkan. Suhu pencampuran
ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika semen aspal, maka pencampuran umumnya antara 145-155°C, sehingga disebut beton aspal
campuran panas. Campuran ini dikenal dengan hotmix. (Silvia Sukirman, 2003).
Material
utama
penyusun suatu campuran
aspal sebenarnya
hanya
dua macam, yaitu agregat dan aspal. Namun dalam pemakaiannya aspal dan agregat
bisa menjadi bermacam-macam,
tergantung kepada metode dan
kepentingan yang dituju pada penyusunan suatu perkerasan.
Salah
satu
produk
campuran aspal
yang kini banyak
digunakan
oleh Departemen Pekerjaan Umum dan
Prasarana Wilayah
adalah AC-WC
(Asphalt Concrete - Wearing Course) / Lapis Aus Aspal Beton. AC-WC adalah salah satu dari tiga macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-WC, AC-BC dan AC-Base. Ketiga jenis Laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal yang telah disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama dengan Pusat Litbang Jalan. Dalam
perencanaan spesifikasi baru tersebut menggunakan pendekatan kepadatan mutlak.
Penggunaan
AC-WC
yaitu untuk
lapis
permukaan
(paling
atas)
dalam perkerasan dan mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis
laston lainnya. Pada campuran laston yang bergradasi menerus tersebut mempunyai sedikit rongga dalam struktur
agregatnya
dibandingkan
dengan campuran
bergradasi senjang. Hal
tersebut menyebabkan
campuran
AC-WC lebih peka terhadap variasi dalam proporsi campuran.
Gradasi agregat
gabungan untuk campuran AC-WC yang
mempunyai gradasi menerus tersebut ditunjukkan
dalam persen berat agregat, harus memenuhi batas- batas dan harus berada di luar daerah larangan (restriction
zone) yang diberikan
dalam Tabel
2.4.
di
bawah
ini
dengan
membandingkan
dengan
AC-BC
yang mempunyai
ukuran butir agregat maksimum 25 mm atau 1” dan AC-Base 37,5 mm atau 1½”. Sedangkan
AC-WC mempunyai ukuran butir agregat maksimum 19 mm atau ¾”.
Tabel 2.4. Gradasi Agregat Untuk Campuran Lapis Beton Aspal
Ukuran Ayakan
|
% Berat Yang Lolos
|
|||
ASTM
|
(mm)
|
WC
|
BC
|
Base
|
11/2”
|
37,5
|
-
|
-
|
100
|
1”
|
25
|
-
|
100
|
90 – 100
|
3/4 ”
|
19
|
100
|
90 – 100
|
maks. 90
|
1/2”
|
12,5
|
90 - 100
|
maks. 90
|
|
3/8”
|
9,5
|
maks. 90
|
|
|
no.8
|
2,36
|
28 – 58
|
23 – 49
|
19 – 45
|
no.16
|
1,18
|
-
|
-
|
-
|
no.30
|
0,6
|
-
|
-
|
-
|
no.50
|
0,3
|
-
|
-
|
-
|
No.100
|
0,15
|
-
|
-
|
-
|
No.200
|
0,075
|
4 – 10
|
4 – 8
|
3 – 7
|
|
Daerah Larangan
|
|||
no.4
|
4,75
|
-
|
-
|
39,5
|
no.8
|
2,36
|
39,1
|
34,6
|
26,8 – 30,8
|
no.16
|
1,18
|
25,6 – 31,6
|
22,3 – 28,3
|
18,1 – 24,1
|
no.30
|
0,6
|
19,1 – 23,1
|
16,7 – 20,7
|
13,6 – 17,6
|
no.50
|
0,3
|
15,5
|
13,7
|
11,4
|
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004)
Tabel 3.1. di bawah ini merupakan
ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas di Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah. Hal tersebut
merupakan acuan dalam penelitian
ini.
Tabel 2.5. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Sifat Sifat Campuran
|
Laston
|
|||
WC
|
BS
|
Base
|
||
Penyerapan Aspal %
|
max
|
1,2
|
||
Jumlah tumbukan perbidang
|
75
|
112
|
||
Rongga dalam campuran %
|
min
|
3,5
|
||
max
|
5,5
|
|||
Rongga dalam agregat (VMA) (%)
|
min
|
15
|
14
|
13
|
Rongga terisi aspal (%)
|
min
|
65
|
63
|
60
|
Stabilitas Marshall (kg)
|
min
|
800
|
1500
|
|
Kelelehan (mm)
|
min
|
3
|
5
|
|
Marshall Quotient (kg/mm)
|
min
|
250
|
300
|
|
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 600C
|
min
|
75
|
||
Ronga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal)
|
min
|
2,5
|
||
Catatan :
(1).
Modifikasi Marshall, diameter cetakan benda uji 152,4mm. Untuk kondisi
kepadatan mutlak
digunakan alat penumbuk getar agar terhindar dari kemungkinan adanya
agregat yang pecah.
(2). Untuk
menentukan
kepadatan membal
(refusal),
penumbuk bergetar (vibratory
hamer) disarankan digunakan untuk
menghindari pecahnya butiran agregat dalam
campuran. Jika digunakan penumbukan manual jumlah
tumbukan perbidang
harus 600
untuk
cetakan berdiameter 6 inch dan 400 untuk cetakan berdiameter 4 inch.
(3).
Berat
jenis efektif agregat dihitung berdasarkan
pengujian bj. maksimum agregat
(Gmm test,AASHTO T-209).
(4). Direksi
pekerjaan dapat menyetujui
prosedur pengujian AASHTO T.283 sebagai alternatif pengujian
kepekaan kadar air. Pengondisian beku
cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Standar minimum untuk diterimanya prosedur
T.283 harus 80% kuat tarik sisa.
|
||||
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah – Direktorat Jendral Prasarana
Wilayah, (2004)
|
Nice Blog. Thanks for sharing this information with user.
BalasHapusPolyurethane Coating Services In Pune