Minggu, 30 Desember 2012

AC-WC (ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE)


AC-WC (ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE)

Beton  aspal  adalah  jenis  perkerasan  jalan  yang  terdiri  dari  campuran agrega da aspal,  dengan  atau  tanp bahan  tambahan.  Material-material pembentuk  beton  aspal  dicampur  di  instalasi  pencampur  pada  suhu  tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika semen aspal, maka pencampura umumny antar 145-155°C sehingg disebu beto aspal campuran panas. Campuran ini dikenal dengan hotmix. (Silvia Sukirman, 2003).

                                 Material  utama  penyusun  suatu  campuran  aspal  sebenarnya  hanya  dua macam, yaitu agregat dan aspal. Namun dalam pemakaiannya aspal dan agregat bisa  menjadi  bermacam-macam,  tergantung  kepada  metode  dan  kepentingan yang dituju pada penyusunan suatu perkerasan. 

                                  Salah  satu  produk  campuran  aspal  yang  kini   banyak  digunakan  oleh Departemen  Pekerjaan Umum  dan  Prasaran Wilaya adalah  AC-WC  (Asphalt Concrete - Wearing Course) / Lapis Aus Aspal Beton. AC-WC adalah salah satu dari tiga macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-WC, AC-BC dan AC-Base. Ketiga jenis Laston  tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal yang telah disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama dengan Pusat Litbang Jalan. Dalam  perencanaan  spesifikasi baru tersebut  menggunakapendekatan kepadatan mutlak.

                 Penggunaan  AC-WC  yaitu  untuk  lapis  permukaan  (paling  atas)  dalam perkerasan dan mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis lasto lainnya Pad campura lasto yan bergradas meneru tersebut mempunyai  sedikit  rongga  dalam  struktur  agregatnya  dibandingkan  dengan campuran  bergradasi  senjang.  Hal  tersebut  menyebabkan  campuran  AC-WC lebih peka terhadap variasi dalam proporsi campuran.

                       Gradasi agregat gabungan untuk campuran AC-WC yang mempunyai gradasi menerus tersebut ditunjukkan dalam persen berat agregat, harus memenuhi batas- batas dan harus berada di luar daerah larangan (restriction zone) yang diberikan dalam  Tabel  2.4.  di  bawah  ini  dengan  membandingkan  dengan  AC-BC  yang mempunyai ukuran  butir agregat maksimum 25 mm atau 1” dan AC-Base 37,5 mm atau 1½”. Sedangkan AC-WC mempunyai ukuran butir agregat maksimum 19 mm atau ¾”.


Tabel 2.4. Gradasi Agregat Untuk Campuran Lapis Beton Aspal
Ukuran Ayakan
% Berat Yang Lolos
ASTM
(mm)
WC
BC
Base
11/2
37,5
-
-
100
1”
25
-
100
90 100
3/4  
19
100
90 100
maks. 90
1/2
12,5
90 - 100
maks. 90

3/8
9,5
maks. 90


no.8
2,36
28 – 58
23 49
19 45
no.16
1,18
-
-
-
no.30
0,6
-
-
-
no.50
0,3
-
-
-
No.100
0,15
-
-
-
No.200
0,075
4 10
4 8
3 7

Daerah Larangan
no.4
4,75
-
-
39,5
no.8
2,36
39,1
34,6
26,8 30,8
no.16
1,18
25,6 31,6
22,3 28,3
18,1 24,1
no.30
0,6
19,1 23,1
16,7 20,7
13,6 17,6
no.50
0,3
15,5
13,7
11,4

Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004)



Tabel 3.1. di bawah ini merupakan ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas di Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Hal tersebut merupakan acuan dalam penelitian ini.


Tabel 2.5. Ketentuan Sifat-sifat Campuran


Sifat Sifat Campuran
Laston
WC
BS
Base

Penyerapan Aspal %

max

1,2

Jumlah tumbukan perbidang

75

112

Rongga dalam campuran %
min
3,5
max
5,5

Rongga dalam agregat (VMA) (%)

min

15

14

13

Rongga terisi aspal (%)

min

65

63

60

Stabilitas Marshall (kg)

min

800

1500

Kelelehan (mm)

min

3

5

Marshall Quotient (kg/mm)

min

250

300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 600C

min

75
Ronga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal)

min

2,5
Catatan :
(1).  Modifikasi Marshall, diameter cetakan benda uji 152,4mm. Untuk kondisi kepadatan mutlak digunakan alat penumbuk getar agar terhindar dari kemungkinan adanya agregat yang pecah.
(2).  Untuk  menentukan  kepadatan  membal  (refusal),  penumbuk  bergetar  (vibratory  hamer) disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam  campuran. Jika digunakan  penumbukan  manual  jumlah  tumbukan  perbidang  harus  600  untuk  cetakan berdiameter 6 inch dan 400 untuk cetakan berdiameter 4 inch.
(3).  Berat jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pengujian bj. maksimum agregat  (Gmm test,AASHTO T-209).
(4).  Direksi pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T.283 sebagai  alternatif pengujian  kepekaan  kadar air.  Pengondisian beku  cair  (freeze  thaw  conditioning)  tidak diperlukan. Standar minimum untuk diterimanya prosedur T.283 harus 80% kuat tarik sisa.

Sumber : Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah Direktorat Jendral Prasarana
Wilayah, (2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar